
SELAMA ini tentu kita sudah tak asing lagi mendengar soal amal jariyah. Amal jahriyah adalah satu amal yang pahalanya akan terus mengalir, meskipun kita telah meninggal dunia selama mana amal yang kita lakukan masih dimanfaatkan oleh kaum muslimin lainnya untuk melakukan ketaatan.
Satu hadis yang menjadi dasar akan adanya amal jariyah ini adalah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila manusia meninggal, terputuslah amalannya, kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Nasa’i, Turmudzi, dan yang lainnya. Hadis ini dishahihkan Al-Albani).
Tetapi sebaliknya, di samping adanya pahala jariyah, dalam Islam juga ada dosa yang sifatnya sama, dosa jariyah. Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada orang tersebut, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu.
Mengingat betapa bahayanya dosa jariyah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya agar berhati-hati supaya tidak terjebak melakukan dosa ini.
1- Nabi s.a.w mengingatkan akan bahayanya bagi orang yang mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam ertikata seseorang yang melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga ramai orang yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah r.a ‘anhu, Rasulullah s.a.w bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء
“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka,” (HR. Muslim).
Orang ini, tidak mengajak orang lain untuk melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk melakukan maksiat seperti yang dia lakukan. Namun orang ini melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang dengan harapan banyak orang menirunya atau menyebarkannya.
Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua pembunuhan karena kedzaliman di alam ini. Nabi s.a.w bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا
“Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak Adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu,” (HR. Bukhari, Ibn Majah).
Umpamanya mereka yang memuatnaik video porno atau cerita lucah di internet, kemudian ada orang yang menonton atau membacanya, dan dengan membaca itu dia melakukan onani atau zina atau bahkan memperkosa, maka yang menyebarkan di internet akan mendapat aliran dosa dari semua maksiat yang ditimbulkan kerananya.
2- Mengajak melakukan kesesatan dan maksiat
Seseorang yang mengajak masyarakat untuk berbuat maksiat, meskipun boleh jadi dia sendiri enggan melakukan maksiat itu. Merekalah para juru kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan. Dari Abu Hurairah r.a , Rasulullah s.a.w bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun,” (HR. Muslim)
Boleh kita perhatikan para propagandis yang menyebarkan aliran sesat, menyebarkan pemikiran menyimpang, menyeru masyarakat untuk menyemarakkan kesyirikan dan bid’ah, menyerukan masyarakat untuk memusuhi dakwah tauhid dan sunnah, merekalah contoh yang paling mudah terkait hadis di atas.
Selagi masih ada manusia yang mengikuti mereka, pelopor kemaksiatan dan penyebar pemikiran menyimpang, selama itu pula orang ini turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah dikubur tanah. Merekalah para pemilik dosa jariyah. Naudzubillahi min zalik
0 ulasan:
Catat Ulasan